(Psst… ni artikel gw tulis buat edisi 24 yg sekarang udah terbit.
Sengaja gw copy-paste ke sini dengan harapan bisa memperkuat rasa
nasionalisme kita. Amien! Kalau beli majalahnya ada artikel tentang film
Indonesia di Malaysia serta testimoni orang Malaysia sendiri)
Malaysia Cinta (Musik) Indonesia
Terlepas dari apapun pendapat kita tentang musik Indonesia saat ini,
kita patut berbangga dengan industri musik tanah air. Gimana nggak?
Musik kita laku berat di negara serumpun seperti Singapura dan terutama
Malaysia!
Laku Berat!
Banyak yang menilai musik Indonesia lebih up beat dan progressive dibandingkan musik Malaysia. Dan itu menjadi faktor utama musik kita dicintai oleh negara tetangga tersebut. Sebut saja lagu Teman Tapi Mesra-nya Ratu, ternyata telah bertengger lebih sembilan minggu di chart-chart musik Malaysia. Saking terkenalnya lagu tersebut di Malaysia sampai-sampai Robert Bromley, CEO KRU Studios Eropa, salah satu cabang perusahaan rekaman milik Malaysia, mengubah lirik lagu tersebut dengan judul Dreaming of The Time yang kini dinyanyikan oleh LadyLike, grup cewek asal Swedia. Bukan hanya itu, lagu Pilihlah Aku milik Krisdayanti dan Pupus-nya Dewa 19 menjadi lagu wajib untuk audisi kompetisi nyanyi Akademi Fantasia 4 Malaysia. Ini menandakan bahwa lagu Indonesia telah diterima dengan baik oleh warga Malaysia. Membanggakan, ya!
Berkat Nasionalisme yang Tinggi
Konon 60 persen lagu-lagu yang diputar di radio Malaysia adalah
lagu-lagu Indonesia. Hal ini bisa jadi dikarenakan oleh 8% penduduk
Malaysia adalah orang Indonesia, baik yang bekerja sebagai Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) ataupun sebagai pelajar di negeri seberang tersebut.
Percaya atau tidak, semakin kita jauh dari negeri sendiri semakin rindu
kita kepadanya. Makanya, lagu-lagu Indonesia yang masuk ke negara yang
asal Siti Nuhaliza itu langsung disambut baik oleh
warga Indonesia yang tinggal di sana. Lambat laun masyarakat Malaysia
pun jadi tahu banyak soal lagu-lagu Indonesia. Dan kini konser band-band
Indonesia yang manggung di sana disambut dengan amat meriah. Bahkan
ketika Peterpan menggelar konser di Malaysia jumlah penontonnya yang mencapai 30 ribu orang melebihi jumlah penonton Linkin Park ketika manggung di sana. Hal ini mengundang pujian dari Susanti Arshad,
seorang penyanyi asal Singapura, “Saya kagum dengan orang Indonesia.
Produksi musiknya cepat sekali, kualitas musiknya bagus dan yang
terpenting orang-orang Indonesia mencintai musik negerinya.”
Bikin Iri
Wajar banget kalau kesuksesan lagu-lagu kita di Malaysia membuat para
musisi di Malaysia tersaingi bahkan merasa iri. Siti Nuhaliza sang diva
Malaysia saja lebih memilih Erwin Gutawa sebagai komposer untuk konser internasionalnya. Bahkan, ia juga lebih memilih sutradara videoklip Indonesia seperti Rizal Mantovani untuk menggarap videoklipnya. Dan diakui olehnya videoklip Percayalah (2001) dan Bukan Cinta Biasa (2003) mendapatkan penghargaan sebagai Best Choice Music Video. Tuh kan, artinya kualitas bangsa kita patut bersaing dengan standar internasional.
Belum lagi ramainya band Indonesia menggelar konser di Malaysia. Seperti sebuah event organizer yang menggelar konser Pesta Malam Indonesia pada April 2006 yang dimeriahkan dengan delapan musisi papan atas Indonesia, seperti Ratu, Dewa 19, Ari Lasso, Gigi, Ada Band, Ungu
dan lain-lain.Tentu saja hal ini mengundang protes yang dilontarkan di
surat-surat pembaca di koran Malaysia. Seperti yang dikutip di harian Utusan Malaysia,
seorang pembaca mengungkapkan kekesalannya kenapa artis Indonesia
mendapat keistimewaan untuk menggelar konser sampai delapan jam. Padahal
artis Malaysia sendiri tidak pernah diberi kesempatan untuk menggelar
konser yang sedemikian rupa. Terlepas dari hal itu, warga Malaysia harus
mengakui kalau acara tersebut sukses dan berhasil menyedot penonton 15
ribu penonton. Saking suksesnya konser tersebut, tahun ini tepatnya pada
tanggal 16 Agustus akan diadakan kembali Pesta Malam Indonesia 2.
Hmm… wajar banget sih kalau itu menjadi sumber keirian mereka. Tapi,
yang paling penting buat kita adalah betapa besar pengaruh musik kita
sampai bisa menginspirasi warga negara lain.
Setelah dibaca lagi sekarang:
-Sepertinya lagu-lagu Indoneisa mengedukasi para musisi Malaysia.
Mereka akhirnya berusaha membangkitkan musik mereka dengan membentuk
band yang tidak lagi ‘melayu’. Scene indie mereka bangkit dan jadi
lumayan berjaya setelah ada band indie Malaysia bernama Hujan berhasil masuk major label dan sukses besar. Tapi tebak dong siapa salah satu motor utama di band itu? Yup, namanya Dimas, yang berdarah Indonesia asli .
-Sayangnya, justru industri musik Indonesia yang jadi
ke-melayu-melayu-an. Mungkin karena itulah kenapa gw sekarang jarang
dengan band Indonesia yang manggung di Malaysia lagi.
-Peterpan sekarang namanya Noah.
-Gw masih cinta dengan Siti Nurhaliza, dengan atau pun tanpa embel-embel Datuknya.
-Gw juga salut dan suka banget sama musisi Malaysia bernama Zee Avi yang berhasil menebus rekaman di Amrik. Canggih! Musiknya emang keren sih. Padahal musiknya minimalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar