Jumat, 08 Maret 2013

Pemain musik tradisional

Pemain musik tradisional

Musik tradisional Korea tidak diwariskan melalui metode pencatatan musik (music scores) seperti musik barat, namun diturunkan dari pengajaran mulut ke mulut dan menggunakan perasaan.[12] Sejarah personal seorang musisi musik tradisional dianggap penting dan bakat yang dimilikinya dihargai.[12] Pada masa lalu musisi tradisional berada pada kelas sosial yang rendah dalam masyarakat Korea.[12] Namun, mereka menganggap itu adalah nasib mereka untuk hidup sebagai pemusik dan mewariskannya.[12] Banyak di antara mereka telah mengembangkan dan meningkatkan standar musik serta menciptakan musik-musik baru.[12]
Sejak masa Dinasti Joseon, musisi tradisional Korea dibagi atas dua kategori: musisi musik rakyat dan musisi musik istana.[12] Tradisi ini sampai kini hanya dilestarikan di Korea Selatan.[12] Musisi rakyat umumnya berasal dari keluarga dukun yang mementaskan musik dukun (mu-sok-ak) dari generasi ke generasi.[12] Kelompok warga yang berprofesi sebagai dukun melahirkan banyak musisi musik Korea yang terkenal.[12] Karya-karya musik dukun atau Shamanisme antara lain penampil musik sinawi atau musik instrumental yang diiringi tarian dukun.[12] Jenis musik ini berasal dari Korea bagian selatan.[12] Selain itu dari keluarga musisi ini lahir tradisi menyanyi opera tradisional pansori.[12] Begitu pula dengan pertunjukkan sanjo, menampilkan permainan alat musik secara solo.[12]
Musisi musik istana tidak hanya mewariskan teknik bermain musik istana kepada keturunan mereka, namun juga posisi sebagai pemusik istana.[12] Pada masa penjajahan Jepang (1910-1945), para musisi istana mulai mendalami seni suara gagok dan berbagai genre musik lain yang terkenal di masyarakat karena repertoarnya.[12] Sampai kini kelompok pemusik istana berkontribusi banyak terhadap perkembangan dan pelestarian musik klasik.[12]

Musisi musik rakyat

Di masa lalu, status dukun (mudang atau baksu) dipandang rendah dalam masyakarat, namun pemusiknya mempunyai status lebih baik.[12] Anak-anak dari keluarga dukun selalu dilatih menyanyikan pansori.[12] Pansori dianggap sebagai bentuk musik yang paling bagus dan memiliki prospek cerah.[12] Di daerah asalnya, para musisi pansori dianggap sebagai artis terkenal dan beberapa bahkan dihargai dengan jabatan penting ketika mendapat kesempatan pentas di istana.[12] Itulah sebabnya seorang dukun yang berniat menyempurnakan keahlian bermusiknya, mempelajari pansori dengan giat.[12] Namun begitu, tidak semua keturunan dukun berbakat menyanyi pansori.[12] Mereka yang tidak memiliki keahlian pansori diajarkan keahlian lain seperti jultagi (berjalan di atas tali) atau akrobat.[12] Itulah sebabnya, keluarga dukun sangat erat kaitannya dengan kesenian dan musik tradisional rakyat Korea.[12]

Musisi musik istana

Musisi musik istana merupakan pemimpin dalam mengembangkan musik klasik Korea sampai saat ini.[12] Keluarga pemusik istana mewariskan kumpulan keahlian dan pengetahuan musik istana kepada keturunannya.[12] Sejak masa Dinasti Joseon, seleksi dan manajemen pemusik istana telah mengalami banyak perubahan.[12] Namun, para musisi yang terkenal berasal dari keluarga pemusik profesional.[12]

Musik Korea saat ini

Pada masa lalu, seseorang tidak bisa menjadi musisi tanpa lahir dari keluarga pemusik.[12] Pelajaran musik diberikan melalui pelatihan.[12] Dengan perkembangan sistem pendidikan formal, para musisi tradisional pada saat ini menerima pendidikan musik di sekolah.[12] Terdapat banyak sekolah dasar, SMP, SMA, universitas atau sekolah tinggi yang mengkhususkan pada pendidikan musik tradisional.[12] Pada saat ini banyak orang yang menjadi musisi profesional dengan belajar musik tradisional di sekolah-sekolah semacam itu.[12] Namun, bagaimanapun juga, tradisi mewariskan musik dari generasi ke generasi masih tetap dipertahankan.[12] Banyak anak-anak dari pemusik rakyat yang mendalami musik di sekolah musik tradisional yang didirikan oleh orang tua mereka dan sebagian besar menjadi musisi musik rakyat yang profesional.[12]

Pelestarian

Di awal abad ke-20, sebagian besar musik yang dipertunjukkan, ditulis atau diajarkan di Korea merupakan musik tradisional, begitu pula dengan bentuk kesenian yang lain.[13] Namun, perubahan drastis mulai terjadi dengan masuknya budaya asing, khususnya genre kesenian dari barat.[13] Saat ini, sebagian besar pertunjukkan musik yang dipentaskan di Korea adalah karya musik asing.[13] Walau begitu, minat terhadap musik tradisional juga besar.[13]
Awal mula pelestarian musik tradisional sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1920-an, saat nasionalis kultural seperti Choe Nam-seon (1890-1957), Yi Neung-hwa (1865-1945), dan Song Seok-ha (1904-1948) mempromosikan kebudayaan nasional di tengah gencarnya pengaruh kebudayaan Jepang.[11]
Sebelum masa penjajahan, sistem pendidikan moderen telah diperkenalkan di Korea, namun pada saat penjajahan dimulai, kurikulum musik belum dimasukkan.[13] Pemerintah kolonial melarang pengajaran musik Korea di sekolah-sekolah sebagai bagian dari kebijakan untuk memusnahkan kebudayaan Korea.[13] Satu-satunya jenis musik yang diajarkan pada masa penjajahan adalah genre musik barat.[13]
Korea bebas dari penjajahan Jepang di akhir Perang Dunia II, namun musik tradisional telah terlupakan.[13] Sekolah-sekolah pada saat itu hanya berfokus pada musik klasik barat dan musisi Korea hanya menghasilkan gaya musik barat.[13] Setelah merdeka, pemerintah Korea Selatan melakukan upaya pelestarian terhadap musik tradisional dengan mengakui lagu-lagu rakyat dari berbagai propinsi sebagai aset budaya nasional pada tahun 1960-an.[13] Lalu, kemajuan pesat di bidang ekonomi pada tahun 1980-an ikut mengukuhkan keberadaan musik tradisional.[13] Berbagai universitas di Korea mulai menampilkan musik rakyat dan kelompok musik tradisional.[13] Pada tahun 1990-an, media mulai tertarik untuk merilis seri musik tradisional khas daerah, seperti MBC yang mengeluarkan karya musik rakyat Jeju dan Jeolla Selatan dalam bentuk CD.[13] Pada tahun 1993, film musikal klasik berjudul Seopyeonje menjadi box-office yang ditonton lebih dari 10 juta orang, membuat masyarakat Korea terkesan sehingga tren musik tradisional kembali mendapat tempat.[13]

Manuskrip dan rekaman

Sejumlah besar volume penelitian yang diproduksi oleh para musisi Korea sejak tahun 1954, didasarkan pada studi mengenai dokumen dan manuskrip musik kuno serta pada genre musik aktual seperti musik rakyat dan pansori.[14] Karena alasan ini, reproduksi manuskrip musik produksi rekaman audio menjadi sangat penting bagi studi musik Korea.[14]

Galeri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar