Pemain musik tradisional
Musik tradisional Korea tidak diwariskan melalui metode pencatatan musik (music scores) seperti musik barat, namun diturunkan dari pengajaran mulut ke mulut dan menggunakan perasaan.[12] Sejarah personal seorang musisi musik tradisional dianggap penting dan bakat yang dimilikinya dihargai.[12] Pada masa lalu musisi tradisional berada pada kelas sosial yang rendah dalam masyarakat Korea.[12] Namun, mereka menganggap itu adalah nasib mereka untuk hidup sebagai pemusik dan mewariskannya.[12] Banyak di antara mereka telah mengembangkan dan meningkatkan standar musik serta menciptakan musik-musik baru.[12]Sejak masa Dinasti Joseon, musisi tradisional Korea dibagi atas dua kategori: musisi musik rakyat dan musisi musik istana.[12] Tradisi ini sampai kini hanya dilestarikan di Korea Selatan.[12] Musisi rakyat umumnya berasal dari keluarga dukun yang mementaskan musik dukun (mu-sok-ak) dari generasi ke generasi.[12] Kelompok warga yang berprofesi sebagai dukun melahirkan banyak musisi musik Korea yang terkenal.[12] Karya-karya musik dukun atau Shamanisme antara lain penampil musik sinawi atau musik instrumental yang diiringi tarian dukun.[12] Jenis musik ini berasal dari Korea bagian selatan.[12] Selain itu dari keluarga musisi ini lahir tradisi menyanyi opera tradisional pansori.[12] Begitu pula dengan pertunjukkan sanjo, menampilkan permainan alat musik secara solo.[12]
Musisi musik istana tidak hanya mewariskan teknik bermain musik istana kepada keturunan mereka, namun juga posisi sebagai pemusik istana.[12] Pada masa penjajahan Jepang (1910-1945), para musisi istana mulai mendalami seni suara gagok dan berbagai genre musik lain yang terkenal di masyarakat karena repertoarnya.[12] Sampai kini kelompok pemusik istana berkontribusi banyak terhadap perkembangan dan pelestarian musik klasik.[12]
Musisi musik rakyat
Di masa lalu, status dukun (mudang atau baksu) dipandang rendah dalam masyakarat, namun pemusiknya mempunyai status lebih baik.[12] Anak-anak dari keluarga dukun selalu dilatih menyanyikan pansori.[12] Pansori dianggap sebagai bentuk musik yang paling bagus dan memiliki prospek cerah.[12] Di daerah asalnya, para musisi pansori dianggap sebagai artis terkenal dan beberapa bahkan dihargai dengan jabatan penting ketika mendapat kesempatan pentas di istana.[12] Itulah sebabnya seorang dukun yang berniat menyempurnakan keahlian bermusiknya, mempelajari pansori dengan giat.[12] Namun begitu, tidak semua keturunan dukun berbakat menyanyi pansori.[12] Mereka yang tidak memiliki keahlian pansori diajarkan keahlian lain seperti jultagi (berjalan di atas tali) atau akrobat.[12] Itulah sebabnya, keluarga dukun sangat erat kaitannya dengan kesenian dan musik tradisional rakyat Korea.[12]Musisi musik istana
Musisi musik istana merupakan pemimpin dalam mengembangkan musik klasik Korea sampai saat ini.[12] Keluarga pemusik istana mewariskan kumpulan keahlian dan pengetahuan musik istana kepada keturunannya.[12] Sejak masa Dinasti Joseon, seleksi dan manajemen pemusik istana telah mengalami banyak perubahan.[12] Namun, para musisi yang terkenal berasal dari keluarga pemusik profesional.[12]Musik Korea saat ini
Pada masa lalu, seseorang tidak bisa menjadi musisi tanpa lahir dari keluarga pemusik.[12] Pelajaran musik diberikan melalui pelatihan.[12] Dengan perkembangan sistem pendidikan formal, para musisi tradisional pada saat ini menerima pendidikan musik di sekolah.[12] Terdapat banyak sekolah dasar, SMP, SMA, universitas atau sekolah tinggi yang mengkhususkan pada pendidikan musik tradisional.[12] Pada saat ini banyak orang yang menjadi musisi profesional dengan belajar musik tradisional di sekolah-sekolah semacam itu.[12] Namun, bagaimanapun juga, tradisi mewariskan musik dari generasi ke generasi masih tetap dipertahankan.[12] Banyak anak-anak dari pemusik rakyat yang mendalami musik di sekolah musik tradisional yang didirikan oleh orang tua mereka dan sebagian besar menjadi musisi musik rakyat yang profesional.[12]Pelestarian
Di awal abad ke-20, sebagian besar musik yang dipertunjukkan, ditulis atau diajarkan di Korea merupakan musik tradisional, begitu pula dengan bentuk kesenian yang lain.[13] Namun, perubahan drastis mulai terjadi dengan masuknya budaya asing, khususnya genre kesenian dari barat.[13] Saat ini, sebagian besar pertunjukkan musik yang dipentaskan di Korea adalah karya musik asing.[13] Walau begitu, minat terhadap musik tradisional juga besar.[13]Awal mula pelestarian musik tradisional sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1920-an, saat nasionalis kultural seperti Choe Nam-seon (1890-1957), Yi Neung-hwa (1865-1945), dan Song Seok-ha (1904-1948) mempromosikan kebudayaan nasional di tengah gencarnya pengaruh kebudayaan Jepang.[11]
Sebelum masa penjajahan, sistem pendidikan moderen telah diperkenalkan di Korea, namun pada saat penjajahan dimulai, kurikulum musik belum dimasukkan.[13] Pemerintah kolonial melarang pengajaran musik Korea di sekolah-sekolah sebagai bagian dari kebijakan untuk memusnahkan kebudayaan Korea.[13] Satu-satunya jenis musik yang diajarkan pada masa penjajahan adalah genre musik barat.[13]
Korea bebas dari penjajahan Jepang di akhir Perang Dunia II, namun musik tradisional telah terlupakan.[13] Sekolah-sekolah pada saat itu hanya berfokus pada musik klasik barat dan musisi Korea hanya menghasilkan gaya musik barat.[13] Setelah merdeka, pemerintah Korea Selatan melakukan upaya pelestarian terhadap musik tradisional dengan mengakui lagu-lagu rakyat dari berbagai propinsi sebagai aset budaya nasional pada tahun 1960-an.[13] Lalu, kemajuan pesat di bidang ekonomi pada tahun 1980-an ikut mengukuhkan keberadaan musik tradisional.[13] Berbagai universitas di Korea mulai menampilkan musik rakyat dan kelompok musik tradisional.[13] Pada tahun 1990-an, media mulai tertarik untuk merilis seri musik tradisional khas daerah, seperti MBC yang mengeluarkan karya musik rakyat Jeju dan Jeolla Selatan dalam bentuk CD.[13] Pada tahun 1993, film musikal klasik berjudul Seopyeonje menjadi box-office yang ditonton lebih dari 10 juta orang, membuat masyarakat Korea terkesan sehingga tren musik tradisional kembali mendapat tempat.[13]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar