Pengaruh musik Cina
Berdekatan dengan lingkup kebudayaan Cina, Korea mengadaptasi tradisi permainan musik Cina dan masih mempertahankannya sampai saat ini.[3] Musik jenis ini dianggap sebagai warisan kebudayaan penting di Korea, dikarenakan telah punah di Cina itu sendiri.[3] Penghormatan yang tinggi terhadap Cina dan kebudayaannya oleh kaum pemerintah Korea, menghasilkan struktur musik yang terdiri dari 2 jenis.[3] Musik Cina dianggap memiliki tingkat yang lebih tinggi dibanding musik asli Korea.[3] Tradisi musik Cina di Korea hanya dilestarikan oleh kaum istana, sementara rakyat memiliki gaya musiknya sendiri.[5]Walaupun begitu, para musisi Korea selalu menyeimbangkan permainan musik Cina dan musik asli dan bahkan mengubah gaya musik Cina menjadi khas Korea.[3] Musik hiburan pesta-pesta istana Korea lebih menunjukkan pengaruh Asia Tengah dibanding Cina.[3]
Klasifikasi
Musik tradisional Korea terbagi atas 2 kategori, musik istana (gungjung-eumak;궁중음악), musik rakyat (minsok-eumak;민속음악), musik militer, musik religius, musik instrumen, dan musik vokal.Musik istana
Raja Sejong yang Agung dikenal sebagai pionir dalam mengembangkan musik istana Korea.[6] Setelah menetapkan titinada dasar permainan musik, ia mulai mengembangkan berbagai jenis alat musik untuk permainan musik istana.[6] Alat musik istana dikategorikan menjadi 8 jenis berdasarkan bahan pembuatannya: metal, kayu, tembikar, mineral, benang katun, bambu, labu, dan kulit.[6]
Tempo permainan musik istana lambat dan khidmat, dengan nomor musik paling lambat memiliki kurang dari 30 ketukan per menit.[5] Karena musik istana sulit diukur karena konsep musik ini diukur dengan pernapasan.[5] Musik istana Korea masih dilestarikan sampai kini di Korea, mulai dari jenis a-ak, dang-ak, dan hyang-ak.[5]
Para musisi musik istana mengenakan pakaian berwarna merah (lambang istana kerajaan) dan memainkan musik tanpa konduktor, melainkan dengan seorang pemandu musik yang menandai awal mula, jeda dan akhir permainan musik.[5]
Pada tahun 1493, Dinasti Joseon mencetak kitab musik yang dinamakan Akhak kwebeom.[5] Kitab ini mencatat musik dan tarian secara mendetail, termasuk memberikan petunjuk mempraktikkannya.[5] Rekaman akurat mengenai musik Korea dalam Akhak gwebeom mendahului pencatatan musik serupa di barat.[5] Intisari buku ini adalah musik ritual a-ak, yang dianggap sebagai musik penting untuk menjalankan ritual Konfusianisme.[5]
Musik militer
Chwita adalah jenis musik militer yang dimainkan di istana ketika gerbang utama dibuka untuk menyambut kedatangan raja yang pulang dari perjalanan, juga untuk menyambut utusan asing atau pawai militer.[8] Musik chwita dimainkan dengan berbagai jenis alat musik besar dan didominasi oleh alat musik taepyeongso yang memainkan melodi utama.[8] Musik chwita dimulai dengan suara pemimpin musik yang meneriakkan "myonggeum-iha...daechwita!" dengan mengangkat tongkatnya.[8] Permainan musik chwita memiliki 5 buah repertoar: chwita-gilgunak-giltaryong-byeoljutaryong-gunak.[8]Musik religius
Musik Konfusianisme
Pada masa pemerintahan Raja Yejong dari Dinasti Goryeo (tahun 1105-1122), musik ritual Konfusianisme diperkenalkan dari Dinasti Song, Cina.[3] Musik ini dinamakan Taeseong-ak atau a-ak.[3] Kaisar Taizu, pendiri Dinasti Ming, menghadiahkan perangkat alat musik ritual kepada Raja Gongmin.[3] Musik ritual Konfusianisme pada masa Dinasti Joseon menjadi penting dan menggantikan Buddhisme sebagai agama negara.[3]Musik merupakan faktor penting bagi Dinasti Joseon yang menganut Konfusianisme.[6] Dalam Konfusianisme, musik adalah sarana untuk menyempurnakan karakter manusia, memperindah masyarakat dan tradisi serta mengilhami pemerintahan yang lebih baik.[6] Musik tidak hanya menjadi menyenangkan untuk didengar, namun juga harus menjadi pelajaran bagi batin.[6] Musik yang buruk akan menjerumuskan masyarakat ke dalam kekacauan dan mengakibatkan kejatuhan negara.[6] Musik yang baik, ye-ak (musik ritual), ditingkatkan untuk memperbaiki lingkungan masyarakat, sementara musik yang kasar dan buruk yang dianggap akan menimbulkan kekacauan, tidak dapat diterima.[6]
Menurut Konfusius, musik yang tidak tepat akan mengakibatkan kejatuhan bagi negara.[6] Saat titinada dasar, tonggak dari semua nada, tidak disetel dengan benar, maka pada akhirnya akan menyebabkan rakyat menderita.[6] Titinada dasar yang fundamental ini dinamakan hwangjeong.[6] Raja Sejong adalah tokoh pertama yang menyadari pengaruh titinada dasar dalam musik Korea.[6] Pipa bambu yulgwan yang memproduksi titinada dasar, tidak hanya mengukur musik, namun berfungsi ganda sebagai standar harian untuk mengukur panjang, volume, dan berat.[6] Panjang pipa dijadikan sebagai unit standar panjang, jumlah jelai (palawija) yang muat masuk dalam pipa dianggap sebagai unit standar volume dan berat jelai adalah unit standar berat.[6] Penentuan ukuran panjang pipa yulgwan merupakan hal yang serius bagi kerajaan dan masyarakat Dinasti Joseon.[6]
Musik Buddhisme
Dengan diperkenalkannya agama Buddha kepada masyarakat Korea di abad ke-4, musik bernapaskan Buddhisme mulai digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan religius.[9] Buddhisme dijadikan sebagai agama negara oleh Dinasti Goryeo (935-1392) dan kesenian Buddhisme berkembang pesat, namun rekaman tertulis hanya sedikit yang tersisa.[9] Pengaruh musik Buddhis cukup besar pada musik rakyat dan bangsawan.[9] Jenis seni suara gagok memiliki kesamaan dalam teknik menyanyi dengan mantra beompae.[9] Musik Buddhis lain, yeongsan hoesang, berkembang dengan permainan alat musik orkestra dan terdiri dari banyak versi berbeda.[9] Musik agama Buddha yang dimainkan pada saat upacara-upacara dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yakni yeombul, hwacheong dan beompae.[9]- Yeombul: merupakan jenis mantra sutra yang dilantunkan pada upacara sehari-hari oleh biksu di dalam kuil dan disebut pula anchaebi sori atau lagu dalam ruangan.[9]
- Beompae: adalah jenis mantra bakkachaebi sori atau lagu luar ruangan yang dilantunkan pada saat upacara khusus oleh biksu-biksu khusus yang menguasai musik Buddhis.[9]
- Hwacheong: adalah jenis mantra yang dilantunkan menggunakan bahasa Korea untuk menyebarkan ajaran Buddha dalam bahasa yang mudah dimengerti.[9]
Musik Shamanisme
Shamanisme merupakan kepercayaan tertua rakyat Korea yang menggabungkan unsur-unsur ritual penyembahan dengan musik dan tarian oleh pimpinan seorang dukun (mudang atau baksu).[9] Tidak hanya struktur ritual, namun gaya musik dan bentuk tarian masing-masing berbeda berdasarkan daerahnya.[9] Bagian-bagian pertunjukkan musik Shamanisme terdiri syair-syair dan permainan alat musik yang biasa ditampilkan dengan tari-tarian.[9]Pengaruh musik shamanisme terhadap musik rakyat cukup besar.[9] Beberapa lagu Shamanisme diadaptasi menjadi lagu rakyat (minyo atau sori) yang populer, seperti changbu taryeong (harfiah:"lagu dukun lelaki") dan noraetgarak (harfiah:"melodi lagu") dari Seoul.[9] Jenis kesenian rakyat lain yang diadaptasi dari musik Shamanisme adalah sinawi, sanjo dan tari salpuri.[9]
Musik-musik ritual Shamanisme (gut) memiliki keunikan di masing-masing daerah di Semenanjung Korea, yang dikategorikan menjadi musik gut dari daerah barat laut, tengah, barat daya, timur dan Pulau Jeju.[10]
Musik instrumental
Permainan musik instrumental disebut dengan istilah gi-ak, yaitu permainan alat musik tradisional, variasinya adalah:Sanjo adalah permainan musik solo yang berasal dari wilayah selatan Korea. Sanjo berasal dari musik ritual shamanisme. Tempo sanjo dimulai dari yang paling lambat sampai tercepat. Berbagai alat musik dapat dimainkan dengan sanjo seperti geomungo (geomungo sanjo), gayageum (gayageum sanjo), ajaeng (ajaeng sanjo) dan sebagainya.
Musik rakyat
Musik rakyat Korea dapat dibedakan menjadi banyak jenis, antara lain nongak (musik petani), minyo dan pansori.[11][2]Nongak
Nongak adalah permainan musik petani yang dipentaskan oleh kelompok pemusik yang terdiri dari para petani (nongaktae).[2] Permainan musik nongak diwariskan tanpa diketahui dengan jelas penciptanya.[11] Namun begitu, asal-usul nongak diperkirakan telah ada sejak zaman Tiga Kerajaan dari rekaman sejarah Cina kuno.[11] Catatan mengenai nongak juga dapat ditemukan dalam Babad Dinasti Joseon (Sillok), yang dipopulerkan oleh kelompok penghibur keliling.[11]Saat ini, permainan musik nongak (nongak nori) didasarkan untuk berbagai aktivitas, antara lain ritual desa (gut), latihan militer, aktivitas-aktivitas kerja, atau murni sebagai hiburan.[11] Nongak memiliki variasi berdasarkan daerahnya, antara lain gyeonggi nongak, jwado nongak, udo nongak, honam nongak, samcheonpo nongak, uttari nongak dan yeongnam nongak.[11] Pertunjukkan nongak dapat berlangsung selama beberapa hari, yang meliputi permainan musik di kuil desa, sumur, rumah warga, kantor desa, yang terdiri dari pawai (gil-gut), mengetuk pintu gerbang (mun-gut), dan berjalan mengelilingi tembok halaman sebuah bangunan (heolsa-gut).[11]
Empat jenis alat musik utama nongak adalah kwaenggwari (gong kecil), janggo (genderang panjang), buk (genderang besar) dan jing (gong besar).[11] Para pemain musik lain memainkan alat musik sogo (genderang kecil) dan meniup nabal (trompet).[11]
Samul nori
Samul nori adalah jenis permainan musik tradisional yang berakar dari kesenian menghibur kelompok penghibur keliling (namsadangpae) pada masa lalu.[11] Kelompok namsadang menampilkan hiburan berupa nongak, menari, dan akrobat untuk mencari penghidupan.[11] Pada tahun 1978, jenis musik nongak baru ditampilkan oleh kelompok pemusik tradisional yang terdiri dari 4 orang, dipimpin oleh Kim Duk-soo (lahir 1952).[11] Jenis musik baru ini dinamakan samul nori dan saat ini dianggap sebagai musik tradisional yang bergaya urban.[11] Sejak saat itu, kelompok samul nori bermunculan di seluruh Korea.[11]Samul nori disebut musik urban yang dibedakan dari nongak dan permainan musik keliling.[11] Berbeda dengan nongak yang ditampilkan dengan berdiri dan menari, samul nori dimainkan dengan duduk untuk mengkonsentrasikan permainan musik secara ritmik.[11]
Musik vokal
Musik vokal (seong-ak) adalah jenis seni suara yang ditampilkan berdasarkan lirik-lirik cerita rakyat atau lagu rakyat.[rujukan?] Jenis musik vokal adalah jeong-ak dan minsok-ak.[rujukan?] Jeong-ak terbagi menjadi sijo, gasa dan gagok, sementara minsogak terbagi atas japga, minyo, pansori, musik agama Buddha dan musik Shamanisme.[rujukan?] Minyo dan pansori adalah jenis seni suara yang berakar dari tradisi nyanyian rakyat jelata, sementara chapga, sijo, gasa dan gagok adalah nyanyian yang berasal dari kalangan bangsawan dan istana.[7] Kedua jenis seni suara ini memiliki karakteristik yang berbeda.[7] Nyanyian rakyat jelata menerangkan kehidupan rakyat yang jujur, sementara nyanyian bangsawan menyuarakan perasaan dan emosi yang tidak sebebas nyanyian rakyat jelata.[7] Cara menyanyi kedua jenis nyanyian ini juga berbeda.[7] Lagu rakyat cenderung menyanyikan lirik dengan jangkauan nada maksimal, sementara nyanyian istana menggunakan teknik falsetto untuk mencapai jangkauan nada tinggi.[7]Nyanyian rakyat merupakan cerminan perasaan dan kehidupan mereka yang penuh kesulitan dengan ekspresi tawa, candaan, tangisan dan bahasa kasar.[7] Pertunjukkan mereka selalu ditampilkan di lapangan terbuka.[7] Kehidupan masyarakat kelas atas dicirikan dengan batasan, hal yang dibuat-buat dan artifisial, sehingga berpengaruh pada musik mereka.[7] Mereka menampilkannya di dalam ruangan tertutup.[7]
Minyo
Minyo atau sori adalah jenis nyanyian tradisional.[11] Istilah minyo berasal dari gabungan kata min (rakyat) dan yo (lagu).[11] Minyo diciptakan oleh musisi yang tidak diketahui dan telah berakar sejak lama.[11] Jenis seni suara ini dikenal sedikit mewariskan teks-teks tertulis dan bervariasi berdasarakan daerah.[11] Rakyat Korea menyanyikan minyo dalam kalimat yang sederhana untuk berbagai aktivitas seperti bekerja, hiburan dan upacara pemakaman.[11] Sebenarnya istilah minyo berasal dari bahasa Jepang pada saat penjajahan dimana gramofon diperkenalkan.[11] Musik-musik yang direkam dengan gramofon pada saat itu adalah jenis minyo baru (sin-minyo) yang ditampilkan oleh penyanyi profesional.[11]Variasi
Minyo memiliki ragam yang bervariasi berdasarakan daerah-daerahnya di Korea.[11]- Namdo minyo
- Seodo minyo
- Gyeonggi minyo
- Gyeongsang minyo
- Jeju minyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar